Welcome to cai hua ju li je jinian kuan.
Selamat siang, Teman- teman. Kali ini saya mau berbagi cerita tentang kunjungan Klab Nihao Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika Bandung ke galeri sejarah warga negara Indonesia keturunan Tiongkok di Bandung.
Kunjungan ini merupakan salahsatu program dari klab nihao.
Klab nihao itu apa???
OK, pertama- tama saya perkenalkan terlebih dahulu tentang klab nihao.
Klab Nihao adalah salah satu klab budaya yang ada dalam SMKAA alias Sahabat Museum Asia Afrika. atau Friends of Museum of the Asian- African Conference.
Berikut pengertian bakunya dari official website MKAA:
"Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika, atau yang disingkat SMKAA (EN: Friends of Museum of the Asian-African Conference) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya adalah komunitas di seluruh Asia-Afrika dan komunitas pemerhati Asia-Afrika." (sumber:http://asianafricanmuseum.org/en/)
Nah, Teman- teman sudah tahu tentang SMKAA kan?^^
Klab Nihao adalah klab budaya Mandarin, jadi kami semua belajar budaya Mandarin mulai dari bahasanya, sejarahnya, seni kerajinannya bahkan beberapa olahraga tradisionalnya.
Selama satu semester kami belajar bahasa Mandarin bersama Tyas Lao she.
Cici tyas sabar mengajar kami, karena kebetulan saya dan teman- teman saya yang maasuk dalam kelompok nihao 1 ini masih agak kosong tentang kebudayaan Tiongkok. Kami berangkat dari macam- macam latar belakang saat memutuskan untuk ikut mendaftar dalam klab ini.
Saya pribadi, memang sejak bangku undergraduate study ingin sekali belajar bahasa Mandarin.
Di kampus almamater saya, UNSRI, ada balai bahasa yang menyediakan fasilitas belajar bahasa Mandarin. Lantaran lokasi kampus dengan pemukiman saya cukup dekat, akhirnya saya mendaftarkan diri toh saya sendiri memang sangat ingin mempelajarinya. Sayang beribu sayan, hingga saya selesai kuliah jumlah siswa untuk kelas bahasa Mandarin ini tidak mencapai jumlah yang ditetapkan sehingga kelas tidak dapat diadakan.
Untunglah, saat saya sedang bermukim di Bandung ini, saya berkunjung ke beberapa museum yang ada di kota lautan api ini, salah satunya berkunjung ke MKAA (Museum Konperensi Asia Afrika). Saya juga diberi tahu oleh teman sya tentang adanya SMKAA, dan kami semua ramai- ramai mendaftar. Mengetahui ada klab budaya Mandarin, tentu saja saya senang bukan kepalang. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Hal yang saya nanti- nanti, bertahun selama saya study di almamater saya dahulu. Akhirnya saya mendaftar di klab ini.

Tentu ada angkutan lain yang bisa meneruskan perjalanan saya dari Stasion menuju Jl. Asia- Afrika atau mendekatinya tanpa harus jauh berjalan kaki. Tapi, one way system di kota Bandung ini membuat rute semakin jauh. Jadilah, jalan kaki adalah pilihan terbaiknya. Lagi juga saya sudah terbiasa berjalan kaki. Toh, inilah satu- satunya olahraga yang bisa saya lakukan disela kegiatan yang padat dan rasa enggan bergerak juga hihiii^^ Jalan kaki bukanlah halangan bagi saya pribadi.
Namun, saya memastikan untuk dapat hadir pada kunjungan ke galeri sejarah ini. Rencana akan berangkat dari MKAA tepat pukul 12.00 WIB. Maka, setelah selesai kegiatan KI tadi, saya segera meluncur ke Jl. Braga yang dekat dengan MKAA. Saya harus sedikit berlari dari Braga hingga MKAA, Alhamdulillah tepat saya sampai, teman- teman sedang bersiap berangkat menuju mobil. Saya tepat waktu :)
Sesampainya disana, saya sedikit bingung, karena yang saya lihat adalah tampilan gedung rumah sakit. Ternyata itu bukanlah rumah sakit melainkan rumah duka. Di lantai 2 rumah dukalah lokasi galeri sejarah ini. Suasana ramah dan nyaman nan bersih menyambut kami.
Cici Tyas bertemu Li Lao she yang kemudian dengan ramah menyapa kami juga menanyakan beberapa pertanyaan materi pelajaran untuk melihat kecakapan kami. Di depan galeri ada 3 buah meja bundar dengan catur tradisional Tiongkok di atas mejanya. Kami belajar sekilas tentang catur itu juga diberi tahu bahwa catur tersebut akan masuk dalam cabang olah raga nasional nantinya.

Diawali dengan peta awal mula masuknya orang- orang Tiongkok asli ke Nusantara (Indonesia), peta penyebarannya di seluruh kawasan Nusantara, hingga perkawinan silang dengan pribumi Nusantara lalu melahirkan WNI keturunan Tiongkok. Dipandu oleh Lao she dari galeri ini, kami banyak belajar tentang rasa nasionalisme, betapa bangganya para warga negara Indonesia ini juga saya pribadi sedikit merasakan rasa penyesalan tentang beberapa tragedi di masa lampau.
Galeri sejarah ini mengabadikan tokoh- tokoh keturunan Tiongkok yang bangga sebagai warga negara Indonesia. Lao she mengatakan bahwa senang sekali ada klab budaya seperti, karena Indonesia yang kaya ini rentan dipengaruhi orang luar. Bahwa banyak orang yang ingin berbhinneka tunggal ika selayaknya Nusantara ini. Lao she berkata bahwa kita harus hidup berdampingan, saling menjaga dan menghargai budaya yang ada.
Sebagai pemuda, siapa tak mengenal tokoh Soe Hok Gie.
Kisahnya menjadi adalah salah satu kesukaan saya dalam galeri sejarah ini. Tak mau dibedakan, keturunan manapun semua adalah warga negara Indonesia. Saya pun demikian^^
![]() |
Berpose di depan kisah pejuang reformasi |
![]() |
WNI keturunan Tiongkok dalam perumusan Sumpah Pemuda |
![]() |
Pahlawan Olahraga cabang Badminton |
![]() |
Tentang budaya Cap Go Meh (15 hari setelah Imlek) |
![]() |
Bermain catur tradisional Tiongkok |
![]() |
Li Lao she memberikan cindera mata untuk Lao she pimpinan galeri |
![]() |
Kiri ke kanan: Cici Tyas, Alma, Septian, Yunir, Li Lao she, Habib, Noni, Novi |
Itulah hari kunjungan yang sangat bermanfaat bagi kami. Belajar budaya dan sejarah sekaligus.
Terima kasih telah membaca^^