-->

Ketika Driver Gojek Menyampaikan Kesahnya

Driver gojek curhat unek- uneknya ke pelanggan

Ketika Driver Gojek Menyampaikan Kesahnya


Assalamualaikum.

Hola, teman- teman!
Apa kabar hari ini? Udah Rabu lagi...

Bentar lagi weekend lagiiii...
Trus ga berasa jadi bulan baru lagi :D

Sepertinya waktu tengah berlari. Meninggalkan apa saja yang lengah tak memaksimalkannya.
Eaaaa... tiba- tiba jadi puitis. Efek ditemani iringan lagu melow nih. Abis ujan pula. Dingin. (Entah apa hubungannya)

Aku mau cerita ya. Lagi- lagi mau sharing pengalaman. Heheehe.

Kali ini topiknya Gojek.

Udah ga asing lagi kan sama Gojek?
Iya. Ini adalah salah satu layanan ojek online di negara tercinta.
Sekarang, ada banyak layanan ojek online. Aku sendiri lebih akrab sama Gojek selama di kota kembang awalnya. Kalo di ibu kota negara udah banyak ojek online dengan brand lainnya.
Awalnya tentu ada kontra. Apalagi dari pihak yang serupa. Para mang angkot dan ojek konvensional yang kerap emosi lantaran pelanggan sepi lah yang jadi sorotannya.

Nah, sekarang di Palembang Gojek, Grab, dan Uber udah beroperasi juga.
Berita akhir-akhir ini tentang protes para mang angkot, bus kota, serta taksi dan ojek konvensional.

Sebagai konsumen, aku sih mikirnya gini ya:

"Kenapa ga ikut daftar online juga? Mangkal bisa. Narik orderan online juga bisa kan?"

Soalnya nih, selama 3 bulan pas aku ambil data lapangan dulu, aku sering banget ngobrol sama driver Gojek yang double gitu. Dia awalnya ojek konvensional, trus ikutan ngedaftar ojek online.

Tuh, bisa kan?

Atau kadang ya, para konsumen juga mikir:

"Taksi konvensional suka mahal juga sih argonya. Kenapa ga bisa update sistem kaya yang online? Mana kadang pas mau order di call center suka lama nunggu. Huft."

Intinya, daripada protes dan bahkan sampai menimbulkan keresahan (baca: ancaman bahkan aksi nekat membahayakan), mending action  bikin bagus juga.

Ayolah! Bersaing sehat, sih!

Uuuuuh..............




 Loooh??!!!

Kok malah diriku yang curhat ya? LOL

Baiklah. Mari kita kembali ke topik cerita.

Pada suatu hari, aku pesan Gojek dan ternyata driver  yang menjemputku adalah seorang wanita.
Waktu itu masih belum banyak driver wanita. Kalau sekarang sih  udah nggak susah nemuinnya.

Nah, di perjalanan saya itu, mbak driver cerita bahwa dia awalnya takut loh mau ikutan narik ojek.
Apalagi ojek online gini, katanya. Tapi, lantaran kebutuhan ekonomi, beliau pun turun tangan.

Kabarnya penghasilannya menjanjikan loooh.

Mbak ini curhat bahwa alasannya takut ikutan narik karena potensi ancaman dari 'saingan'.

Udah pada tahu kan pihak mana yang dimaksud?

Memang hanya oknum- oknum tertentu saja yang kadang menimbulkan keresahan bagi para driver ojek ini, tapi efeknya Subhanallah.

Tak jarang berita perusakan kendaraan, pengeroyokan, hingga pembunuhan yang tersiar di media akibat rasa cemburu soal rejeki ini.

Ah, I feel you, Mbak.



Saya sendiri kadang suka takut kalo order Gojek di tempat tertentu.

Sudah ada spanduk larangan dan konon ceritanya para oknum di sana suka mengintai dan serta- merta mengeroyok. Serem kan?

Teman saya pun pernah mengalami kejadian ini secara langsung.

Tak lama setelah dijemput driver, mereka dihadang.
Kunci motor dicabut dan teman saya disuruh turun.

Karena takut, akhirnya teman saya pun turun sembari pergi menjauh.
Namun, dalam hati tetap cemas akan apa yang mungkin terjadi pada driver tadi.

Kenapa 'mereka' main hakim sendiri???Bukankah rejeki sudah ada yang atur????Daripada seperti itu, kenapa tak ikut bergabung?????

Ada banyak sekali pertanyaan berkecamuk.

***

Perjalanan masih berlanjut.

Mbak driver-ku ini berkendara dengan sangat hati- hati. Sebelumnya dia bertanya apakah aku sedang terburu-buru atau tidak. Sepertinya dia berusaha memberikan pelayanan terbaiknya.

Standar pelayanan pun dia jalankan. Seperti menawariku masker sekali pakai, juga shower cap sebelum aku menggunakan helmnya.

WOW!

Walaupun aku tidak mengambil 'penutup kepala' itu. Heehhee...

Curhat driver Gojek pun berlanjut.

Tentang dirinya yang perempuan dan beragam pilihan dari Gojek yang bisa diambilnya selain narik penumpang. Katanya, demi menjaga diri dari ancaman oknum tadi, ia kerap mengambil orderan untuk antar barang (Go Send) atau orderan belanja (Go Mart/ Go Food). Dengan begitu, kemungkinan diintai bisa diminimalisir. Kan ga bawa penumpang, gitu pikirnya.

Hal tersebut dilakukan juga dengan alasan agar dia bisa menjaga diri dari kemungkinan adanya penumpang nakal.

"Kan sieun nya, Teh. Bisi ada yang diboncengin trus ada niat buruk. Kadang saya liat dulu nama yang ordernya. Lebih milih narik yang sama-sama perempuan aja sih." ceritanya.

 Kemudian aku menimpalinya sembari bercanda.

Tentang bagaimana dia bisa tahu kalau namaku itu nama perempuan.
Soalnya banyak yang mengira Alma itu nama laki- laki loooh.

Hihihihihi...


***

Obrolan kami diselingi suara bising lalu lalang kendaraan lainnya.

Selain hal- hal tadi, Mbak driver berkesah tentang pelanggan yang kadang memberi rate rendah untuk performanya.

Well, aku sudah mulai menebak arahnya.

Yang dimaksud di sini adalah penilaian dari jumlah bintang yang diberikan oleh penumpang.
Ternyata hal ini berpengaruh besar dengan nilai komisi yang akan diterima para driver Gojek.

Di sisi lain, ini bagus untuk menjaga kualitas pelayanan.
Sehingga para driver berlomba memberikan pelayanan terbaik mereka.

Contohnya pelayanan Mbak driver ini tadi.

Yah, soal ini, aku pribadi tidak pernah hitung-hitungan sih.

Kebanyakan aku kasih 5 bintang kecuali kalau bener- bener jelek bisanya mentok di-3 bintang saja.

Kata Mbak ini, Gojek juga memberlakukan sistem baru setiap saatnya.
Salah satunya sistem performa yang sedang banyak dikeluhkan para driver ini.

Mbak driver-ku ini bukan yang pertama yang curhat soal performa dan bintang.
Pengalaman lainnya juga membuatku menyimpulkan bahwa mereka sangat butuh bintang itu.

Seperti kataku tadi, ini adalah bentuk rewards bagi mereka yang mendapat penilaian bagus karena pelayanannya. Good idea!


Nah, kalau ojek online berlomba menyajikan yang terbaik, ditambah lagi dengan harga bersaingnya, siapa yang nolak kan ya?

Pelanggan cerdas dong milih yang nyaman dan sesuai dengan budget-nya.

Kenapa masih ada oknum pesaing yang ga sportif?


Ah!
Ini mah yang dicurhatin ikut curhat jadinya.
Hahahaha.


***

Hari itu perjalanan via Gojek rasanya santai.

Kami tiba di tempat tujuan dengan selamat tentunya.

Tak lupa 5 bintang kusematkan buat Mbak driver.

Sebagai penilaian benar bahwa dia melayani dengan baik.

Juga sebagai apresiasiku karena ia mau bergerak berusaha mengalahkan tantangan ekonomi ini.



Kapan- kapan kita jumpa lagi, Mbak!

Ketika Driver Gojek Menyampaikan Kesahnya
  1. Bener sih kata alma. Daripada mengutuk keadaan karena sepi pelanggan baik cari solusi. Dan solusi dftr ojek online itu tepat bgt aku rasa. Kesian mbaknya ya. Cari rezeki tapi kok rasa insecure gitu.. Mudah2an mbak nya diberikan rezeki yg melimpah lah. Dan memang bnyk lho driver grab gojek ato uber malah minta dikasih bintang 5. Hmmm, baru tau ternyata itu berharha sekali bagi mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Jas.
      Jadi insecure kan ya?

      Yup, poin bintang itu berharga banget buat tambahan bonus para driver looh 😉

      Delete
  2. Bagi saya kalo pelayanan gojek bagus saya kasih lima bintang + bonus.
    Beberapa teman saya beralih jadi driver gojek setelah keluar dari pekerjaannya.
    salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kan ya? Kita mah pasti apresiasi apa yg udah diberikan oleh mereka 😉

      Semoga banyak rejeki yaaa

      Delete
  3. Seneng ya kalo driver gojeknya Mbak-Mbak trus enak dicurhatin, perjalanan jadi nggak berasa.

    ReplyDelete
  4. Wah abis diendorse sama tukang gojjek ya hehe!....
    Sekarang mah emang harus ati2 sebelum naik dan sebelum narik!...

    ReplyDelete
  5. Iya, Mas. Aaamiiin.
    Semoga makin maju^^

    ReplyDelete