Untuk dia yang sangat mengapresiasi hobiku juga mendukungku sepenuh hati dengan cinta.
Warning:
Postingan ini penuh cinta. Harap maklum pada penulisnya yang sedang membuat catatan untuk dibaca kelak. Tentang sebuah HP yang bagus untuk ngeblog.
***
TUKANG FOTO, TUKANG REKAM
Hari itu kami pergi ke satu-satunya taman di kota ini. Aku yang memang hobi mendokumentasikan segala sesuatu pun melakukan hal yang sama: ambil foto dan video. Bahkan selama dibonceng motor pun aku asyik merekam jalan.
Kenapa? Karena aku suka.
Alasan yang mungkin klise ketika disebutkan. Aku suka mengambil foto dan video dengan 'alasan' untuk blog. Padahal, mungkin 60% dari semua footage itu hanya nangkring di galeri. Kemudian membuat memori penuh dan aku mulai sibuk mengirimnya ke penyimpanan lain.
Dalam perjalanan ke taman itu, aku meminjam pundak kanannya sebagai penyangga. Berharap hasil video yang kurekam tidak terlalu goyang dan tidak membuat orang yang menontonnya mendadak pusing nanti. Biasanya ada beberapa yang masuk dapur editor dan kuunggah ke saluran YouTube-ku. Menyenangkan.
Tak lama dia tertawa sembari bertanya:
Tak lama dia tertawa sembari bertanya:
"Memangnya HP mama tuh ada stabilizer-nya?" tanyanya sambil cekikikan.
Akupun mencubit pinggangnya. Kembali ia tergelak.
"Biarin, weee...." Aku menjulurkan lidahku. Entah dilihatnya atau tidak tapi kudengar semakin ia senang tertawa. Aku pun ikut menertawakan kebiasaan 'konyol' ambil foto dan video ini.
Herannya, aku tak bisa berhenti. Aku tetap suka jepret-jepret objek dan momen yang ada. Juga asyik merekam segala hal yang aku suka.
Hobi kah? Maniak kah?
Ah, sudahlah. Toh aku tak merugikan dan tak mengganggu orang. Ehehehee...
Memang dasar tukang foto, tukang rekam!
SERIUS
Beberapa hari berselang, dia asyik melihat-lihat spesifikasi HP. Memang sudah saatnya HP yang ia pakai segera di-upgrade. Setelah layarnya pernah pecah seribu kemudian diperbaiki, spesifikasi kameranya, memorinya, dan hal lainnya sudah agak kurang pas dengan pekerjaannya. Jadi, selama ia bertanya tentang HP, akupun menjawab santai. Walaupun sebenarnya ada keperluan lain yang lebih mendesak.
Sudahlah. Kan memang dia yang punya uang. Dia yang kerja dan dia yang mau belanja, toh? Monggooo...
Nampaknya ia betul-betul akan beli HP baru. Waktu libur kerja, dia sibuk bertanya dari toko ke toko tentang HP yang diminatinya. Ada 2 merk dengan seri yang sudah ditandainya. Berminggu-minggu ia sibuk membandingkan kedua HP itu berdasarkan review tulisan maupun video di internet.
Untuk itu, ia ingin melihat secara langsung di toko offline. Akhirnya, ia sudah menetapkan hati pada satu pilihan.
Spesifikasinya bagus. Baik dalam urusan ketersediaan memorinya, kemampuan kameranya, juga onderdil dalamnya. Pilihannya adalah sebuah seri dari merk ternama. Masih lihat-lihat saja sih di toko-toko itu. Dia hanya ingin melihat dan memegang langsung untuk memantapkan pilihannya.
Harganya?
Jelas diluar kemampuanku yang kadang ada pemasukan, kadang tak ada sama sekali ini.
Hingga kemudian saat perjalanan pulang ia berkata:
"Udah fix yang Samsung A50s aja, Mah."
Aku mengiyakan.
Dia sudah melakukan riset dan melihat sendiri, jadi aku pun mengamini saja.
"Cocok itu buat Mama ngeblog." Ia menyambung.
Hah?
Aku tertawa. Tawa yang aneh karena ada rasa senang tapi juga merasa sungkan.
Pertama, karena harganya mahal.
Kedua, bukan aku yang butuh HP baru.
HP yang kupergunakan sudah cukup kok untuk ngeblog. Aku juga melakukan riset seperti dia sebelum membelinya dulu. Hasil potretnya juga bagus. Hanya memang videonya tak ada fitur stabilizer seperti yang dia pilih itu.
Lagi pula ber-HP baru? memang itu tak terlalu perlu. Kan kerjaku hanya menulis. Foto-foto pendukung dari hasil jepret Mi A1-ku bagus-bagus kok. Soal video? Itu bukan sebuah keharusan. Aku merekam karena aku suka. Itu saja.
Apalagi jika kupikir lagi, aku ini bukan blogger kelas produktif. Bahkan banyak yang modal seadanya jauh lebih produktif. Jadi, aku merasa tak pantas untuk 'dimodali' HP yang bagus untuk ngeblog. Sudah cukup dengan HP yang kupunya saat ini saja. Justru dialah yang harus ganti HP.
BEBAN ATAU PECUTAN SEMANGAT
Ternyata dia betul-betul memesan HP pilihannya itu. Aku tahu ketika pulang kerja beberapa minggu serelahnya, ia menyerahkan paket yang masih terbungkus lengkap dengan tempelan alamat penerima.
Aku memerah.
Antara senang juga malu.
Pantaskah?
Bahkan sudah hampir beberapa bulan aku tak menulis. Kenapa malah diberi HP baru?
Sementara aku sibuk menyusun apa-apa yang ada di hati, ia sudah sibuk menyuruhku membuka SIM Card dari Mi A1-ku. Hmmmm....
Siapa yang tak suka? Aku suka HP baru yang dibelinya itu. Dengan segala kecanggihan dan fitur yang menurutnya AKU BANGET itu, kelas semakin menggoda. Cocok untuk ngeblog. Begitu terus ia berkilah.
Aiiiih...
Kenapa lah merasa ini jadi sebuah beban? Suara hati yang lain malah menyemangatiku: Hayoo looh, jangan malas menulisnya. Kan sudah dikasih HP yang bagus untuk ngeblog.
Sibuk hatiku berperang.
Aku pun menurut saja ketika disuruh memindahkan kartu teleponku. Kemudian, ia memasukkan kartu dari HP lamanya di Mi A1 sembari berkata: ini jadi HP baru Papa.
Aku mencelos.
Dia sukarela memakai Mi A1 saja dan aku diberi HP baru. Bahkan case HP itu masih bergambar Cony, si boneka Line. Aku juga punya case cadangan Brownie yang juga tokoh boneka Line. Jelas itu membuatnya sebagai HP perempuan.
Aku pun tersenyum tak enak hati.
Tapi dia tersenyum tulus sekali.
Aku pun tersenyum tak enak hati.
Tapi dia tersenyum tulus sekali.
Ah, dasar pecinta.
Kenapa selalu melakukan hal yang membuatku makin cinta?
Baiklah. Hatiku berkompromi.
Ini bukanlah sebuah beban. Ini adalah sebuah pecutan agar aku tetap semangat. Dengan sebuah HP yang bagus untuk ngeblog seperti katanya, aku akan belajar lebih serius.
Dimulai dengan postingan perdana ini menggunakan HP yang bagus untuk ngeblog seperti katanya. Akhirnya, setelah semingguan aku enggan mengutak-atiknya. Mulai hari ini, akan kupakai sebagai mana harapan pemberinya.
Thank you, Dear.
Waaahh... Hape baru lebih pas buat bikin konten2 video n foto nih Mbak.. biar sekalian ramai YouTube nya. 😁
ReplyDelete