-->

Ornamen Tanjak Sumsel, Jati Diri Budaya Wong Kito

 

Peraturan Daerah Ornamen Tanjak Sumsel

Teringat saat masih menjadi mahasiswi rantau di Pulau Jawa.


Setiap bertemu dan berkenalan dengan orang yang ternyata satu daerah rasanya seperti oase di padang pasir.


Tak jarang akhirnya berakhir dengan bertukar nomor handphone dan berkumpul dalam komunitas.


Hal itulah yang terjadi saat aku berkuliah di Bumi Siliwangi. Aku bertemu dengan beberapa adik tingkat yang setelah beberapa saat mengobrol ternyata sama-sama berasal dari Sumatra Selatan.


Dari sana lah kemudian aku kenal FOMAS, sebuah komunitas mahasiswa yang sama-sama berasal dari Bumi Sriwijaya.


Tak hanya mahasiswa asal Kota Palembang, tapi semua bagian Sumsel lainnya berkumpul di FOMAS.


Ada banyak sekali program kerja dalam komunitas ini, salah satu diantaranya adalah pentas budaya.


FOMAS UPI Budaya Sumsel
dokumentasi pribadi: UPI, 2014.

Hari itu, tepat pada tanggal 8 Juni 2014, aku hadir ke acara Selayang Pandang dan dengan sangat bangganya mengabadikan momen bersama Putra- Putri Sriwijaya yang tampil mengisi acara.


Aku juga dengan sangat bangganya datang dan mengenakan outfit berbahan kain Blongsong khas budaya Sumsel.


Hal ini membuktikan betapa memang setiap ornamen budaya daerah adalah jati diri daerah tersebut. Apapun itu.


Jika kalian lihat fotoku tahun 2014 di atas, sebenarnya ada bagian pakaian adat yang belum lengkap. Yaitu ornamen kepala untuk laki-laki. Namanya tanjak.


Biar ada bayangan, ini aku spill lagi deh foto jadul.


Ornamen Tanjak Jati Diri Budaya Sumsel
dokumentasi pribadi: Karang Endah, 2016.


Nah, itu tuh di bulai Mei 2016 suamiku (cieeeeeee... suamiiii) pakai tanjak. Tanjak adalah penutup kepala khas Sumsel. Itu tuuuh yang dipakai di atas kepala suamiku itu. 


Kalau kamu tanya:

"Kenapa kamu pilih pakai baju adat asli? Bukannya sudah banyak baju adat modern?"


Well, keputusan seseorang untuk hari yang diharapkan menjadi momen sakral pertama dan terakhir kali tentu saja berdasarkan banyak faktor dan pertimbangan.


Semua pilihan adalah baik.


Untukku pribadi, aku lebih memilih menggunakan baju adat lama/ asli karena aku memang berangan-angan bahwa pernikahanku seperti cerita-cerita putri di legenda itu.


Yaitu aku ingin menggunakan baju adat lengkap dengan semua ornamen adat budayanya.


Rasanya senang dan bangga pokoknya.


Alhamdulillah impianku itu terkabul.

 



Ornamen Tanjak Sumsel


Tak hanya budaya dalam bentuk pakaian khas atau pakaian adat, ternyata aku baru tahu bahwa ada Peraturan Daerah yang mengatur tentang Arsitektur Bangunan Gedung Berornamen Jati Diri Budaya.


Sebelumnya aku tidak terlalu aware dan paham soal aturan itu. 


Setelah membaca dan berbincang dengan teman-teman barulah aku tahu bahwa memang ada aturan terkait penggunaan ornamen jati diri budaya khususnya pada arsitektur bangunan gedung.


Pantas saja, kulihat gedung-gedung pemerintahan di Ibu Kota Provinsi Sumsel ini terlihat sangat berbudaya. 


Setelah kuperhatikan, memang mulai ada satu ciri khas yang tampak pada beberapa bangunan di lingkungan pemerintahan daerah Sumsel, yaitu bentuk ornamen Tanjak Sumsel yang dibuatkan sebagai bangunan suatu gedung. Beberapa yang kulihat dibuat untuk gapura atau gerbang masuk.


Mengapa tanjak?


Karena Tanjak  merupakan representatif dari Bumi Sriwijaya.


Motif pada tanjak tak hanya satu, melainkan sangat beragam. Sehingga, ornamen tanjak pada bangunan itu membuat tampilan gedung menjadi semakin cantik.


Bagiku, penggunaan tanjak sebagai ciri khas daerah Sumsel menjadikan bangunan tersebut sangat khas dan identik serta membudaya. 


Tak cuma itu, tampilan gedung-gedung itu menunjukan Jati Diri Budaya Sumatra Selatan.


Ornamen Tanjak Sumsel yang digunakan pada arsitektur bangunan sebenarnya tak melulu harus diaplikasikan dalam bentuk gerbang atau gapura, tapi juga bisa diaplikasikan pada dinding depan bangunannya.


Terbayang cantiknya bukan?


Dijamin makin betah ya para pegawainya kerja, trus masyarakat juga makin senang berkunjung.


Buat GenZ bisa sambil hunting foto-foto seru.


Asal ingat yaaaa....


Ikutlah melestarikan dan merawat serta menjaga bangunan-bangunan indah ini.


Foto- foto dan menyebarkan berita baik saaaangaaat boleh, karena bisa jadi ajang promosi keindahan daerah kita.


tapiiiiiii...


Jangan sekali-kali berbuat vandalisme ya!


It's a big NO-NO!


Kata warga salah satu kabupaten di Sumsel, yaitu warga Kabupaten Muara Enim sih:

"Dik pacak ngilok'i, Njage jadilah."

 

Artinya: Kalau ga bisa membuatnya jadi bagus, minimal bisa menjaganya.



Perda Sumsel No. 2 Tahun 2021


Kalian bisa membaca sendiri  Peraturan Daerah inisiatif DPRD Provinsi Sumatra Selatan ini loh.


Caranya: 

Silakan cari di laman peraturan.bpk.go.id dan ketik: Perda Sumsel No. 2 Tahun 2021.


Nanti langsung ketemu dan bisa baca langsung deh!


Yuk, sama-sama kita dukung Peraturan Daerah DPRD Sumatra Selatan tentang Ornamen Tanjak Sumsel ini.


Dukung sesuai porsi kita masing-masing, dengan usaha terbaik kita!

Ornamen Tanjak Sumsel, Jati Diri Budaya Wong Kito