-->

Alur Pembuatan e-KTP Bagi Warga Luar Daerah (Perantau) di Disdukcapil Kota Bandung

pembuatan ktp online di bandung
Apa kabar?
Saya mau berbagi pengalaman nih. Selasa, 27 September kemarin, saya pergi ke Disdukcapil kota Bandung buat pertama kalinya. Hohoho...
Ngapain coba? Ya, buat ngurus hal yang berkaitan dengan kependudukan dong, kan pergi ke Disdukcapil alias Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. LOL

Nah, buat kamu yang sedang atau akan ngurus segala dokumen tentang kependudukan, di sini lah tempatnya. Eits, tapi karena ini lokasinya di kota Bandung, jadi ya buat warga Bandung aja. Layanannya mulai dari ngurus akte kelahiran sampe ngurus akte perceraian. Aduh, yang terakhir mah semoga ga banyak ya. Naudzubillahimindzalik.

Lha? Terus ngapain saya di sana? Kan bukan warga kota Bandung? Hahhaa...
Jangan salah looh, saya juga warga kota Bandung yang ikut memutar uang di sini. LOL. Saya adalah warga kota Bandung dengan visa Pelajar ceileeeeh. Untuk berkas dokumennya juga beneran sesuai aturan kok. Cerita dikit yaaa...

Di pertengahan tahun 2013, saya dan beberapa teman resmi menjadi penduduk sementara di kota ini, tepatnya di kelurahan Isola. Aha! Udah ketebak ya kita sekolah di mana dari lokasi residennya. Betul! Sejak keluar surat resmi penerimaan dari institusi sekolah, kami pun mengurus surat domisili setempat. Sesuai peraturan kependudukan memang begitu idealnya. Tapi ga banyak juga yang acuh tak acuh soal surat domisili ini.

Berhubung alur prosedurnya ga begitu ribet, kita uruslah surat resmi identitas kependudukan sementara. Waktu itu sebatas berurusan dengan RT dan lurah setempat aja, ga sampe ke Disdukcapil segala. Selanjutnya itu urusan pihak kecamatan yang urus data- data kita. Blass! Resmi deh data kependudukan kita sebagai warga sementara yang lagi sekolah di mBandung. Eaaaa...
Kenapa mau repot- repot urus begituan?

Pertama, karena prosedurnya ga ngerepotin kok (waktu itu).
Kedua, biar resmi kalo mau ada kirim barang dan lain- lain. Siapa tau ada paketan nyasar, eh pak RT tahu. "Oh, ini yang ngontrak di sana nih!" atau "Ini mahasiswa itu yang kos di rumah bu Anu". Kebetulan juga, di kontrakanku- Pondok Kartini, data penghuni udah lumayan rapi. Penjaga kontrakan udah bawa formulir isian data diri pake materai dan minta fotokopi ktp dan kartu mahasiswa juga. Kayanya sih buat arsip mereka aja barangkali ada hal yang tidak diinginkan. Bagusnya lagi, kalo datanya langsung dibawa ke RT ya biar diurus surat domisili juga biar sekalian.

"Ah, tapi "kita" yang ga lapor diri juga masih bisa nerima kiriman ke alamat kos/ kontrakan kok?"

Ya, alhamdulillah bro/ sist... Itu rejekimu. Soalnya, perihal paketan ini emang kejadian di aku pas tahun 2014 lalu. Ternyata ada yang mau ngasih kejutan ngirim boneka super gede dari pulau Kalimantan ke Bandung (padahal kasih uangnya aja, ntar aku beli di sini kan? Haaa...). Buntelan besar itu ga tau gimana ceritanya nyasar dan ga nyampe ke aku. Paketan dan surat- menyurat sebelumnya nyampe- nyampe aja kok. Akhirnya, jam 7 malam bu RT sms dan bilang: "Neng, ini ada paket buat Eneng. Mangga ambil ke rumah yaaa...". Nah kaaaan...

Ketiga, surat keterangan domisili sebagai warga sementara dengan status pelajar ini perlu buat kamu yang mau mengajukan bantuan beasiswa. Beberapa penyokong dana beasiswa biasanya minta surat ini. Demi keamanan bertempat tinggal, baiknya ya buat aja sih.
Keempat, urusan kependudukan ini emang penting ga penting. Maunya jadi warga taat yang lapor diri biar negara ga kehilangan (eaaaa...). Biar ga jadi buronan. Biar jelas kamu dimana? Dengan siapa? Sekarang berbuat apa??? Intinya, bantuin negara sih. Walaupun kadang bingung juga, negara butuh ga ya? Soalnya kaya penting ga penting. Pas warganya sadar diri, negara cuek aja. Toh, ga ada kewajiban tuh buat begituan bagi anak rantau. Haahhaa... Tapi pas warga ga ada identitas, pusinglah awak ditanya ini- itu. Ga bisa urus ini- itu. Haduh!

Yah, ini penting tapi kurang perhatian aja. Pas dirasa kita butuh, ya urus aja lah yaaa...
Baru sampe sini nih rasa nasionalismeku. Ya mau gimana lagi? Petugas yang ngurusin ini juga lagi pusing banget karena yang minta dilayani membludak (di kantor pusat yaa,, di kantor pak Lurah dan kecamatan sih kayanya masih bisa teratasi). Mungkin kalo ga banyak yang sibuk ngurus ginian, mereka terbantu. Mungkin loh yaaa... IMHO. Begitu deh kesimpulan sementaranya, kalo dirasa perlu buat diri kita, sila diurus itu kependudukannya.

Itulah beberapa alasan kenapa urusan administrasi kependudukan itu mendapat "sedikit" tempat dan perhatian dariku. Semacam belum terlalu optimal aku ngurusin data kependudukanku. Bukan karena sadar diri juga ternyata, masih ada rasa pamrih :( Maaf. Tapi pamrihnya biar ga ngerepotin petugas juga kok, biar ga pusing aku nambahin antrian padahal ga penting- penting amat, katanya.



Ini berkaitan dengan pengalamanku ke Disdukcapil kota Bandung kemarin itu. Kali ini urusan e-KTP. Kabarnya waktu itu perekaman eKTP cuma sampai bulan September. Tapi melihat faktor a,b, c sampe z, nampaknya pemerintah mundurin jadwal. Jadinya diperpanjang sampai 2017 kabarnya. Dengan eKTP ini:

  1. masa berlaku kartu identitas kependudukan kita jadi seumur hidup. Ga pusing buat memperpanjang lagi kan?^^
  2. e-KTP berlaku nasional alias bisa dipakai di seluruh Indonesia. Saya pribadi belum terlalu paham soal ini. Sepanjang pengalaman saya ber-KTP yang baru seumur jagung ini, KTP saya bisa dipakai di manapun saya berada kok. Hahaha... Yah, urusan saya dengan KTP emang baru sebatas urusan rekening bank, pembayaran tagihan telepon, gitu- gitu aja. Saya pernah dengar, dulu itu kalo mau beli tanah, kita harus punya KTP di daerah itu. Makanya, suka banyak warga yang punya KTP double. Mungkin itu sih salah satu maksud "bisa dipakai di mana saja". Demi mengurangi data yang tumpang tindih karena kebijakan lama soal data kependudukan. Kebijakan yang "memaksa" masyarakat "awam" numpang nama di KK orang lain biar dapet KTP setempat.

Nah, transformasi KTP menjadi e-KTP ini juga memberikan harapan baik buat saya pribadi. Nampak ada usaha pemerintah yang mencoba selaras dengan perkembangan teknologi. Embel- embel "e" ini berarti elektronik, semacam e-mail yang berarti surat elektronik. WOW! Kebayang betapa lancarnya urusan nanti dengan sistem yang mulai membaik. Pro dan kontra pasti ada. Seperti siang dan malam aja. Bahkan kita harus mulai waspada kalo tidak ada perbedaan. Jangan- jangan???

Tentu saja ada banyak hambatan yang tengah terjadi dalam kepengurusan sistem baru ini. Misalnya, rekam e-KTP yang pake sidik jari itu. Begitu juga untuk aktivasinya. Nah, kedatangan saya ke Disdukcapil kota Bandung ini karena saya ingin mengaktivasi e-KTP saya yang sudah dicetak. Dengan drama birokrasi oknum tertentu dalam proses perekaman e-KTP ini sebelumnya, akhirnya tercetaklah kartu ini. Saya sudah punya e-KTP sebelumnya, tapi masih yang pake masa berlaku. 

Waktu itu saya pulang untuk rekam e-KTP ini, baru jadi sekitar beberapa minggu setelahnya. Proses pengambilan tidak boleh diwakilkan karena harus diaktivasi. Aktivasi yang dimaksud adalah rekam sidik jari untuk sinkronisasi data pemilik, itu yang baru saya ketahui kemarin setelah nanya ke petugas di kantor Bandung. Waktu itu belum kritis mikir: Lha? kan ini udah e-KTP; udah nasional; apa ga bisa diaktivasi di kantor Disdukcapil lainnya (bagi yang berhalangan hadir langsung)?

Singkat cerita, e-KTP saya perlu diterbitkan ulang. Selain untuk mengganti dengan yang baru; yang berlaku seumur hidup, juga karena ada pembaharuan data. Status udah taken. Hhihii...
Karena saya masih menetap di Bandung, suami akhirnya yang ngurus soal e-KTP saya sekalian KK baru untuk keluarga kecil kami. Ada cerita soal keluhan birokrasi oleh oknum di kantor capil kabupaten kami saat pak suami urus ini. Syeediih...

Akhirnya, e-KTP saya dicetak dan statusnya belum diaktivasi (karena diambilin pak suami). Katanya, aktivasi bisa dilakukan di kantor capil se- Indonesia. Sebenarnya, untuk kondisi saat ini, aktivaasi e-KTP belum terlalu mendesak bahkan dianggap tidak perlu. Oknum petugas di Capil sendiri juga berpendapat begitu loh. Kenapa? karena judulnya doang yang udah "e" dan ada perangkat tambahan di KTP-nya juga (konon katanya ada chip di dalam kartu), tapi pengoperasiannya masih manual alias belum "e". Misalnya, chip yang ada di kartu itu kabarnya ga boleh sering difotokopi. Tapi, karena keterbatasan- yakni belum adanya sosialisasi berikut pendistribusian alat yang harusnya dipakai untuk scan data dari e-KTP itu, tetap saja fotokopi dilakukan. Mau gimana lagi kan? Mau ga mau ya gitu aja dulu. 

Tapi, suami saya orangnya positif, Alhamdulillah, saya juga banyak belajar dan diajarin nih. Kata beliau, "kalo ada waktunya ya aktivasiin aja dulu. Toh, cepat atau lambat nanti sistem akan terus maju dan semua e-KTP harus diaktivasi biar bisa dipake. Kalo ada waktu sekarang, kenapa ditunda? Minimal kita udah jalanin sesuai prosedur yang seharusnya. Ga rugi kan? Nanti jadi ga sibuk- sibuk ngantri lagi pas semua diwajibkan aktivasi, karena punya kita udah diaktivasi", begitu nasehatnya. Jadilah saya ke Disdukcapil kota Bandung hari itu. Berbekal sedikit info prosedur, saya berangkat naik gojek. Waktu itu hampir jam 9 tepat.

Pengalaman kalo ngurus beginian kan harus dari pagi banget. Belum lagi kalo sial ketemu oknum yang yaaah begitu deh. Mujur kalo bisa beres hari itu. Aku sih mikirnya: kan cuma nempelin jari aja kaya ngabsen? Hahhaa.... Sambil duduk manis dibonceng driver gojek  menuju Jl. Ambon 1B Bandung, aku berselancar nyari info tentang alur prosedur dan perintilannya. Ternyata Disdukcapil punya twitter. Kulihat juga lumayan interaktif. Aha! Ku mensyen akun itu nanyain soalan aktivasi e-KTP bagi warga luar daerah. No respon (sampai hari ini). Mungkin mimin sibuk. Mungkin mensyenku ketilep sama mensyen lainnya.

Jarum jam udah di angka 8:50. Aku liat website dinas itu, ga banyak membantu sih. "Yah, nyampe aja dululah", pikirku. Sampe di sana jam 9 kurang 3 menit, dan itu udah raaaameeee banget. Liat aja parkiran motornya di depan pintu masuk ini. Uuuh, aku kesiangan!

Disdukcapil kota Bandung
FYI, foto blur karena di reduce. Sila klik aja setiap gambar kalo mau lebih jelas yaa...

Inilah tampak depan kantor Disdukcapil alias Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Bandung. Udah rame banget kan? Ya, ga apa- apa. Minimal aku harus dapet info gimana alur prosedurnya. Kalo beruntung, siapa tahu urusanku bisa beres hari ini.

Alur pembuatan e KTP di Bandung
Disdukcapil kota Bandung. Jl. Ambon 1B

Nah, kalo teman- teman perhatikan, di sisi kanan depan gedung itu, ada gedung semacam pos keamanan. Ya, memang ada pos satpam yang di sebelahnya ada bangunan lagi, yaitu ruang informasi dan pengaduan. Saya butuh informasi awal, maka saya pun ikut mengantre di sini. Dari instruksi petugas, saya harus menuju loket K. Hmmm...

Saya pun jalan menuju pintu masuk di sisi kiri gedung.

Pembuatan eKTP warga luar daerah anak rantau
Ruang Informasi dan Pengaduan
Saat lagi jalan menuju pintu itu, saya liat ada baliho ini. Kurang jelas ya gambarnya? Klik aja. Nanti muncul yang resolusi aslinya^^ Isi informasi di baliho ini adalah: kita bisa mendapat nomor antrian via sms. Yeay! Saya semangat kalo udah masuk- masuk pake IT gini. Langsung deh, saya sms ikut formatnya. Lebih praktis dan efisien!
KETIK: Nama#NIK#Jenis Layanan
KIRIM ke 0878 2335 2336

Contoh: Alma#1602xxxxxxxx#Aktivasi e_KTP

Walaupun belakangan saya baru tahu bahwa sistemnya masih uji coba. Sampe sekarang belum ada balasan. Hahhaa...

Untuk yang sms itu biasanya baru akan dapat balasan 3-4 hari dari hari sms. Artinya, sms yang kukirim tadi baru akan direspon sekitar hari Sabtu nanti paling lambat. Well, setidaknya sudah merintis sistem. Ini perkara waktu aja, masih trial and error biar dapat hasil yang pas setelah evaluasi.

Prosedur antrian via sms disdukcapil kota Bandung

Di kantor ini sendiri sebenarnya sudah ada fasilitas untuk nomor antrian manual (kaya yang di bank itu looh). Sayangnya sering kehabisan ternyata. Memang diberi jatah untuk tiap layanan, sementara sisanya untuk nomor antrian dari sms (buat yang 3-4 hari sebelumnya udah sms). Begitu penjelasan dari pak satpam kemarin. Untuk layanan di loket K cuma dijatahi untuk 70 nomor saja. Layanan di loket lainnya masing- masing 100 nomor. Loket apa aja? Ada namanya di mesin nomor antrian yang dijagain pak satpam ini.

Syarat rekam e KTP di BandungSyarat rekam e KTP


Klik aja gambarnya biar jelas kalau ingin melihat deskripsi pelayanan tiap loket.
Dari ruang informasi sebelumnya, saya diarahkan ke loket K. Setelah daftar nomor antrian via sms tadi, saya pun melongok ke mesin nomor antri ini. Dibantu oleh pak satpam yang ramah, saya tanya soal nomor antrian ke loket K. Saya bilang bahwa saya baru saja daftar via sms. Penjelasan bapak tentang pendaftaran nomor antri via sms seperti yang saya ceritakan tadi. Lalu saya minta untuk diprint nomor antri dari mesin saja. Eaaalaaah... ternyata untuk loket K sudah habis nomor antrian untuk jatah hari itu (Selasa, 27 September 2016). Fine! Saya masuk aja dulu, karena memang yang tertulis dideskripsi loket K adalah layanan perbaikan data. Sementara saya cuma mau aktivasi. Itu loh yang saya bilang tadi: tempel sidik jari aja kaya ngabsen di sekolah. Hahaaa...

Alhamdulillah, terlepas dari ramenya penduduk yang sedang ngantri di luar maupun dalam, suasana pelayanan tetap kondusif. Ruangan juga lumayan rapi (terlepas dari hilir mudik orang seperti saya yang belum tau yaa...)
Ini pemandangan di depan saya. Ruang tunggu bagian dalam. Tepat di depan meja petugas tadi. Di luar juga ada ruang tunggu yang lebih rame lagi pemandangannya. Alhamdulillah, rapi.
Sambil berfikir; hendak menuju loket manakah saya ini? hendak bertanya pada petugas mana yang nampaknya tidak terlalu sibuk? saya putuskan duduk di salah satu kursi kosong di dalam. Ramai sudah orang menunggu seperti saya. Bedanya, masing- masing mereka sudah punya nomor antri dan sedang menunggu giliran. Longok kanan- longok kiri, sambil sesekali mengecek hp barangkali ada sms nomor antrian saya masuk. Di sini saya diajak ngobrol oleh oknum masyarakat.

[S: saya, D: Dia]
D: Mau perbaikan data?
S: Oh, mau ke loket K aja. Ada yang mau ditanyain.
D: Udah ada nomor antrinya?
S: Belum, Bu. Keabisan yang di sini. Barusan udah daftar pake yang sms.
D: Lama pake sms mah. Tiga sampe empat harian. Nih, saya aja pake sms, nih balesannya (nunjukin hp-nya). Kalo mau mah, cari orang yang mau ke loket K juga, biar pas dipanggil bisa ikut. Kasih aja uang berapa gitu. Biar cepet. Kalo ga gitu mah lama nunggunya. Atau kalo mau mah ini yah, bayarin aja nomor antrenya. Kalo ngantre yang di sini itu harus dari jam 4 pagi.
S: Oh, gitu ya, Bu? (Dalem ati: aduh maak, calo di mana- mana) Saya mau aktivasi aja kok. Udah ada KTP- nya.
D: Udah dicetak gitu KTP-nya? (Muka heran. Barangkali mikir: "trus ngapain lagi kemari?") Mana?
S: Iya, Bu. Udah. (Maaf udah ilfeel ke si ibu, jadi aja ga diwaro pas dia nanya "mana?" hihihi...)
D: Sok, mau ke loket mana? Nih, saya ada semua nomor antrinya.
S: Wah, ibu punya semua nomor antri buat ke loket itu? Banyak banget. Lagi dititipin ngurusin punya temen ya, Bu? (Iseng aku tanya karena udah geregetan. Dia ada pegang sekitar 3 map. Aku sih mikirnya dia punya nomor antre dari sms atau ngga dia dateng pagi banget buat ambil lebih dari satu nomor dari mesin di depan tadi).
D: Iya, ada semua nih. Mau ke loket B aya, ke K ge aya. Iya katanya semua gratis, ga pake bayar urusannya. Tapi kalo ga gitu mah lama. Ga dapet nomor antre. Ujung- ujungnya duit juga.
S: Emang bayarnya berapa, Bu? (Sekalian aja aku tembak)
D: Yah, sekitar dua lima aja.
S: Oh, gitu. (aku kasih senyum aja)

Mungkin karena ga terlalu direspon atau ada urusan lain, dia pun ke luar. Ada laki- laki di sebelah kananku melirik. Aku senyum dan dia maklum. Biar ga canggung, aku sapa aja bapak itu. Ternyata dia adalah petugas kelurahan yang mau ambil e-KTP-nya juga. Setelah ngobrol sebentar saya pamit mau ke loket yang kulihat kosong. Udah kepalang tanggung, aku harus dapet info nih, biarpun mungkin ga akan bisa hari ini berhubung aku ga punya nomor antrian. Karena jelas tertulis: HANYA MELAYANI YANG PUNYA NOMOR ANTRIAN. Niat dan idenya sudah sangat bagus, tapi ternyata jadi ide oknum kaya si ibu tadi ternyata. Yah, pro dan kons akan tetap ada toh.

Saya tanya bagaimana kalau mau aktivasi e-KTP. Untuk kartunya sendiri sudah dicetak dan ada pada saya. Dengan ramah bapak itu mengarahkan saya ke loket K. Sama. "Coba Ibu ke Pak Yayan ya, di loket K itu (sambil menunjuk dengan sopan)."

Ternyata, di meja petugas, pelabelan loketnya pake angka bukan huruf. Alamak, jadi kalo loket 11 ini loket K?
Hehehe... Kenapa ga disamain aja ya? *mikir

Inilah Pak Yayan yang ramah. Saya ke loket K yang disebut-sebut sedari tadi. Di meja sendiri tulisannya loket 11 loh. Setelah pak Yayan selesai melayani seorang ibu, saya memotong minta waktu bertanya sebentar ke beliau sebelum nomor antri berikutnya dipencet (maksudnya dipanggil trus nomor digital di meja ikut berganti), karena saya sadar saya ga punya nomor antri. Untunglah bapak ini membolehkan. Cepat saja saya tanya prosedur untuk aktivasi e-KTP sambil saya perlihatkan kartu saya. Kartu dilihat oleh pak Yayan, dan nampaknya beliau langsung crosscheck dengan sistem di komputernya dengan memasukkan NIK saya. Sampai beliau bertanya, "Ini [kartunya] dicetak di sini?". Saya bilang tidak. Lalu, saya diarahkan ke lantai 3 untuk menemui Pak Tisna.

Di lantai 3, di depan meja pak Tisna, saya menunggu sekitar 5 menit. Beliau sedang membantu seorang ibu yang bermasalah dengan laptopnya. Setelah itu saya sampaikan perihal kedatangan saya. Sebenarnya bisa saja hari itu saya langsung rekam sidik jari untuk aktivasi e-KTP saya. Sayang beribu sayang, ternyata sistem sedang error katanya. Akhirnya, saya diminta untuk mengisi formulir berupa nama, asal daerah, dan nomor Hp yang terdaftar di whatsapp. Nanti akan diberitahukan jika sistem sudah jalan lagi via grup WA. Fair enough!

Kemarin sore, saya diundang ke grup WA berjudul: Grup E-KTP luar daerah
Grupnya sudah dibuat sejak tanggal 26 September ternyata, sehari sebelum saya datang ke sana. Saya dimasukkan ke dalam grup 28 September, sehari setelah saya datang. Dari yang saya lihat dan alami, pemerintah kota Bandung benar- benar mencoba memberikan pelayanan terbaik yang mampu mereka buat. Soalan sistem, memang akan membaik seiring proses tentunya. Pemanfaatan media WA untuk memfasilitasi warga luar daerah yang berdomisili di sini juga sangat membantu. 

Sejak sore kemarin, saya membaca info dari admin grup bahwa anggota grup WA nanti akan diberikan nomor antrian via WA agar bisa dapat jadwal pelayanan. Hal ini demi mengurangi penumpukan pelayanan di kantor. Karena sudah melihat sendiri ramenya penduduk yang datang untuk berurusan di sana, saya maklum dan mengamini tentunya. Petugas Disdukcapil kota Bandung sudah berusaha agar pelayanan tepat guna dan efisien dari segi waktu. I appreciate it! Well done, Team!


Jadi, buat kamu yang ada urusan perihal kependudukan. Sila datang ke kantor Disdukcapil kota Bandung (buat yang di luar daerah yaaa... Kalau buat penduduk setempat bisa ke kecamatan terlebih dahulu). Pastikan kamu daftar untuk nomor antrian via sms dulu, tunggu balasan untuk jadwal pelayananmu. Menurut informasi, bisa 3- 4 hari baru ada balasan. Kamu juga bisa ambil nomor antrian manual di tempat, pastikan datang pagi sekali. Dari info di grup WA, tadi ada yang jam 6 pagi udah di sana tapi sudah kehabisan nomor antrian. Mungkin benar kata ibu calo yang menawariku nomor antrian tadi, harus dari jam 4. Memangnya jam operasional kantor dimulai dari jam berapa? Mesin nomor antriannya di luar kah? Atau khusus pengambilan nomor antrian sudah bisa dari dini hari? atau jangan- jangan??? Hohoo...

Pastikan juga, buat kamu yang baru mau rekam e-KTP atau baru mau buat baru lagi, bawa berkasnya. Berkasnya itu fotokopi KK dari daerah asalnya. Udah, itu aja. Lebih jelasnya, coba tweet ke akun Disdukcapil dulu. Jangan lupa untuk cari tahu lebih banyak. Kemungkinan di tiap tempat berbeda sistem [antrian] nya.

Gimana? Semoga pengalamanku ini bisa membantu ngasih gambaran prosesnya yaa...
Kalau di tempatmu, gimana prosesnya? Ada cerita oknum- oknum kaya aku tadi ga? XD




Alur Pembuatan e-KTP Bagi Warga Luar Daerah (Perantau) di Disdukcapil Kota Bandung
  1. noted! dokumen siaaaapppp, berarti tinggal dateng buat rekap rekam sidik jari dll nih. thanks ya mbaaa

    ReplyDelete
  2. Ini yang kemarin rame ya, soalnya diposting sama Pak wali alias kang Emil, hehe.
    Aku lagi galau tentang E-KTP. Dulu ngurus di Jakarta, belum kelar udah pindah ke Palopo. Sampai sekarang nggak tau itu nasibnya gimana T__T

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Yang rame kabarnya harus pada urus tahun ini. Tapi diperpanjang sampe tahun depan kok. Ayo, diurus Mbak. Di Disdukcapil Palopo aja, bawa fotokopi KK dan KTP lamanya aja, Mbak.

      Delete
  3. Suamiku baru beres ngurus.
    Alhamdulillah, mudah dan cepat.

    ReplyDelete
  4. Waah bermanfaat sekaliiih.. dulu udah punya ktp bandung, tp trus pindah k padang jd ganti e-ktp padang. Pas udah d bandung lg, e-ktpnya hilang. Bingung. Masa ngurusinnya k padang? Maunya bikin e-ktp bandung, bisa ga ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. KK nya domisili Bandung, mba? Kalo iya, nnti bisa lgsg cetak di Disdukcapil Bandung juga.

      Kalo nggak, masih bisa dibantu perekamannya di Disdukcapil di mana pun se-Indonesia. Tapi cetaknya di domisili asal.
      Lengkapnya nanti aku ceritain di postingan lainnya yaa...

      Alhamdulillah urusan e-KTP ku udah beres tadi pagi^^

      Delete
  5. Hampir sama ya mbk dengan adanya kebijaksanaan baru ttg e-ktp☺

    ReplyDelete
  6. Loketnya krisis identitas.Kenapa gak dikasih nama loket K aja, ya? ha ha ha

    Eh,.Ternyata ada grup WAnya juga ya...bener-bener memanfaatkan sosmed. Jadi semakin mudah untuk mengirimkan informasinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi, iya, Mbak.
      Jadinya beda yg di nomor antri, beda yg ditulis di meja 😂

      Iya, inisiatif banget tim pengurusnya. Dan grup itu informatif banget. Nanti aku ceritain di postingan berikutnya.

      Delete
  7. Jadi emang bener ya kalau semua dispendukcapil bisa ngurus KTP meski beda domisili?
    Btw penasaran siapa yg ngirimin boneka gedhe dr kalimantan? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, bisa di mana pun. Tapi ada beberapa ketentuan lainnya (baru dijelasin tadi pagi).

      Hahaha,,, itu pak suami yg bela-belain ngirim dari jauh 🙈😄

      Delete
  8. Ngobrolin e-ktp ini bikin saya baper. Karena pengalaman ngurus e-ktp kayak antrian apaaaa gitu. Harus nyubuh dan baru dapet giliran sore. Gak bisa ditinggal pula, karena akan dilewat kalau pas dipanggil nggak muncul. Hihihi. Alhamdulillah udah berlalu, tinggal nunggu beres yang katanya antri juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak.
      Tadi juga pas ke sana lagi dan alhamdulillah beres urusannya, ketemu sama ibu- ibu yg udah dtg dari pagi tp ga dapet nomor antrian juga :(

      Delete
  9. Sangat bermanfaat, Ikuti saran ini jika anda warga negara yang baik. hehehhe

    ReplyDelete
  10. udah punya tp ilang, terus gantinya cuman KTP biasa. Pas mau cetak e-ktp eh, katanya blanko abis... Ini entah miscomm dr atas ke bawah apa sebaliknya gajebooo... Tp plg enggak, kelurahan buka hari Sabtu utk urusan ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hikss...
      Kabarnya nanti yg biasa ga bisa dipake lagi, Mba.

      Delete
  11. Ngurus nya dilempar kesana kesini ya mba. Kadang itu yang bikin males buat ngurus, cuma mau ga mau musti ngurus kan. Btw, kalo beda domisili berarti bisa ngurus di dispencapil mana aja ya mba? Syarat nya bawa kk asal sama ktp aja kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga dilempar juga sih, Mba. Ya, karena mungkin belum semua tau sistem nasionalnya. Jadi masih diarahkan kemana-mana.

      Iya, Mba. Beda domisili bisa urus di disdukcapil manapun. Syaratnya fc KK dan fc KTP serta KTPnya dibawa. Tapi kantor capil yg bukan daerah KTP kita hanya membantu proses perekamannya saja. Cetaknya nanti di capil sesuai domisili (bisa nanti minta diambilkan oleh keluarga trus dikirim).

      Seperti cerita saya. Nanti saya lengkapi di postingan selanjutnya ya...

      Delete
  12. Titip salam sama pak Walinya ya mba kalau ketemuan pas datang rekam E KTPnya... #salahfokus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaa... wokeh mbak,, nanti tak kirim foto selfie sama beliau kalo dapet *Lho?

      Delete
  13. Wah, aku baru tahu kalau bisa urus E-KTP diluar kota domisilinya. biasanya harus balik kampung buat ngurusin. Thanks infonya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Alhamdulillah mulai lebih baik sistemnya.

      Delete
  14. Semakin terdigitalisasi, semoga memang memangkas birokrasi. Bandung Juara. Jabar Kahiji. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul!
      Semoga semua daerah terintegrasi dan jadi lebih baik!

      Delete
  15. Waaaah mbak nya nasionalismenya tinggi. Aku udah kerja di jakarta 2 menuju 3 tahun blm juga bikin e ktp domisili wkwk *ngakuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aih, jadi malu sama Mba Laili.
      Ngga juga sih, Mba. Karena ada waktunya juga alhamdulillah ;)

      Delete
  16. Meskipun dari penduduk luar namun pelayanannya juga muantappp ya teh ramah dan asik banget diajak ngobrol (kalau lagi kosong) gk gk gk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe, iya Kang.
      Liat kondisi, kalo lagi riweuh kasian ditanya-tanyain juga :D

      Delete
  17. keren ya bandung emang jawara soal pelayanan

    ReplyDelete
    Replies
    1. ^^ Semoga nular ke semua daerah ya, Mba. Biar enak kesemuanya^^

      Delete
  18. Wah, wa...tulisan Alma ini puanjaaang banget, tapi emang manfaat sih, ya. Keren, suka bacanya karena kalimatnya fresh and garing kek makan peyek kacang kesukaan bunda, hehe... Salam kenal dari your grandma di Pamulang. Tulisan ini langsung deh dilirik Paman Google nih karena panjangnya. Salut.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Grandma. Salam kenal^^
      Wah, Alma tersanjung bin terharu dimampirin ke gubuk ini. Makasih ya, Gram.
      Ini juga sebenernya khawatir ke teman- teman pengunjung barangkali pusing baca tulisan Alma yang berantakan x_x

      semoga idenya tersampaikan, yaaa...
      Masih mencoba belajar nulis biar kece kaya kakak blogger dan Grandma pastinya :*

      Delete
  19. saluut dah ama bandung, selain lokasi wisatanya cakep, kulinernya mantapz, birokrasinya juga rapi.. apa aku harus pindah jadi warga bandung yaa.. kwkwk

    ReplyDelete
  20. wah Bandung sudah di depan jauh, semoga kota-kota lain bisa cepat menyusul

    ReplyDelete
  21. Ternyata calo dimana mana tetep ya, eksis.. semoga kota lain juga bisa nyusul begitu. Makin mudah semua ya

    ReplyDelete