Tugasku adalah segera membujuknya agar ceoat berhenti menangis. Beberapa hal yang sudah kulakukan adalah mengajaknya memberi makan ikan,
Baca:
KASIH MAKAN IKAN YAAA: GAME LEVEL 1 KOMUNIKASI PRODUKTIF #DAY6
Juga mengajaknya menari alias joget-joget, dan minum susu. Semuanya berhasil membuat Faraz diam. Alhamdulillah.
***
Pagi ini terulang kembali. Saat Papahnya pamit hendak berangkat kerja, Faraz menggantungi lehernya minta diajak. Demi membujuknya, Papah pun mengajaknya naik ke atas motor. Tak hanya itu, ia diajak berkeliling sekali putaran demi tak menangis lagi. Padahal, hari sudah siang. Bisa-bisa telat nih.
Sayangnya, sekali putaran tak memuaskan Faraz. Ia meraung hebat ketika aku terpaksa mengangkatnya dari atas motor itu. Sudah waktunya Papah berangkat agar tak semakin terlambat. Papah pun pamit dan Faraz sibuk meronta dari dekapanku.
Punggung Papah Faraz sudah tak terlihat. Aku cepat-cepat membawa Faraz masuk. Kubujuk ia untuk berhenti menangis.
"Yok, Dek kita kasih makan ikan adek" ajakku.
Faraz mengangguk setuju. Perlahan tangisnya mereda dan ia tak lagi berontak ingin lepas dari gendonganku. Sisa air mata masih membekas di ujung matanya. Raut wajahnya serius melihatku mengambil ember berisi pelet makanan ikan.
Setelah memberi makan ikan, ia oun meminta untuk mandi berendam dalam ember di luar. Kenapa tidak? Aku pun memandikannya di sana.
***
Setelah mandi, aku siapkan pisang goreng cokelat untuknya. Faraz nampak antusias dan alhamdulillah lahap menyantap pisang itu.
"Faraz mau makan pake garpu atau langsung pake tangan?" aku menawarkan.
Ia meraih garpu yang kupegang. Pagi ini Faraz sarapan pisang goreng pakai garpu. Hehhe...
Setelah makan, Faraz bergegas masuk ke kamar mainnya. Ia mulai sibuk bermain dengan balok-balok plastiknya. Suara lucunya kadang terdengar. Sudah 3 hari ini pula ia sering 'berbicara' sendiri dengan bahasanya. Menggemaskan.
Kemudian ia nampak bosan. Lalu merebahkan badannya di kasur dan mulai memperharikan sekitar. Matanya tertuju pada kunci yang tergantung di pintu kamarnya.
Faraz kemudian bangkit dan berjalan menuju pintu itu. Ia menunjuk - nunjuk ke arah kunci. Matanya menatapku, seolah memintaku mengambilkan kunci itu untuknya.
"Faraz mau minta tolong mama ambilkan kunci?" aku memastikan.
Kepala mungilnya mengangguk mantap.
"Ini kuncinya," aku memberikan kunci itu padanya.
Senyumnya merekah. Lalu ia berjalan kembali ke arah pintu tadi. Gelagatnya mengisyaratkan agar aku memasangkan kembali kunci itu.
"Kenapa?" tanyaku.
"blaplub nana blup x'" ?! #! #" bahasa khas yang hanya dimengertinya sendiri.
Aku pura-pura paham dan menebak-nebak setiap responnya.
"Oooo... Kuncinya mau dipasang lagi ya?"
Faraz mengangguk. Wah, tebakanku tepat.
"Coba Faraz pasang sendiri. Bisa kok. Pakai kursi Faraz tu." aku menunjuk kursi kecilnya.
Seperti paham maksud instruksiku, ia pun mengambil kursinya. Dibawanya kursi kecil itu ke dekat pintu dna kemudian hap. Sampai!!! Tangannya berhasil mendekat ke lubang kunci.
Mulailah ia dengan kesibukan barunya: pasang kunci.
Yeayyy!!!
Setelah lama berkutat dengan kuncinya, ia pun berhasil. Langsung senang deh dia!
"Kereeen! Adek bisa pasang kunci. Wow!" pujiku.
#hari8
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional